Kisah Pilu Seorang Ibu Yang Rela Tinggal di Gubuk Reot di Kampung Loger

waktu baca 3 menit
Minggu, 28 Jan 2024 15:00 0 142 Redaksi

LABUHAN BAJO, L86News.com – Kisah memilukan di alami seorang janda bernama Nur (52). Ia harus rela tinggal di rumah tak layak dihuni karena terbuat dari anyaman bambu dan beratapkan daun kelapa.

Kondisi atapnya terlihat banyak yang bocor, kayu penyangganya juga sudah lapuk termakan usia. Dinding yang terbuat dari anyaman bambu itu pun sudah banyak yang bolong.

Kepada Liputan86, Nur yang tinggal di Kampung Loger Golkuang, Rt/Rw. 07/02 Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat, NTT itu mengaku hanya sendiri tinggal di rumah tersebut.
Sabtu, 27 Januari 2024

“Sejak bercerai dengan suami, saya tinggal seorang diri dirumah ini. Suami saya pulang ke Kota Surabaya bersama anak semata wayang kami,” kata Nur, Sabtu (27/01/2024).

Dulu, kata Nur, ia sempat merantau menjadi seorang TKW di Hongkong setelah bercerai dengan suaminya. Namun jerih payahnya selama bekerja di Hongkong tak dibayar oleh majikan.

Sehingga muncul niatnya untuk kembali ke kampung halamannya di Bari dan ia tinggal di sebuah gubuk reot milik saudaranya.

“Saya tinggal di rumah ini, sudah sekitar dua tahunan. Iya, memang khawatir, takut ambruk bangunan rumahnya. Tapi, mau bagaimana lagi tidak ada rumah lagi selain di sini,” kata Nur

Keterbatasan ekonomi memang menjadi salah satu faktor Nur rela tinggal di rumah reot itu. Keseharian Nur di isi dengan menanam sayuran di sekeliling gubuknya untuk dijual lalu menjadi pekerja harian diperkebunan orang.

Seorang janda tersebut, hanya bisa pasrah pada keadaan dan berharap ada bantuan dari pemerintah maupun orang dermawan untuk memberikan bantuan pembangunan rumah yang kondisi nya nyaris ambruk itu.

“Saya selalu berharap semoga ada dermawan yang ingin membantu saya untuk memperbaiki rumah ini,” ujarnya dengan raut wajah yang menahan tangis.

Nur mengaku pasrah atas nasibnya. Namun ia tetap berharap mendapat bantuan bedah rumah dari Pemkab Manggarai Barat atau dari donatur agar tempat tinggal miliknya itu bisa lebih layak untuk ditinggali.

“Saya haya bisa berdoa saja, semoga ada yang membantu. Harapannya semoga kayak orang-orang yang dapat bantuan bedah rumah, biar ini rumah bisa lebih layak lagi saya ditempati,” harapnya.

Ali, salah satu warga Loger, Desa Bari RT 07/ RW 02 membenarkan semua cerita Nur. Menurutnya, kondisi rumah Nur memang sangat menghawatirkan bahkan nyaris roboh bagian atapnya di terpa angin kencang di musim hujan ini.

Jika dibiarkan dan tidak seger di perbaiki, kata dia, bisa membahayakan penghuni rumah karena bangunannya bisa menimpa Ibu Nur yang sedang berada di dalam.

“Kondisinya memang sudah reyot, saya khawatir jika ada angin kencang bisa roboh. Semoga pihak pemerintah bisa memberikan bantuan bedah rumah kepadanya,” pungkasnya.

Terpisah, Pemerintah Desa Bari melalui Sekretaris Desa Bari, Kasimirus Rahmat menceritakan bahwa Ibu Nur merupa kan warga asli Desa Bari yang pernah bekerja di luar negeri, Ia menjadi TKW di Hongkong kurang lebih 23 tahun.

Nur kembali ke Desa Bari tahun 2022 lalu dan belum tercatat sebagai warga Desa Bari karena Nur belum melakukan proses pemindahan penduduk dalam status KTP nya.

Sehingga, pihak Pemdes Desa Bari mengalami kesulitan untuk mencatat atau mendaftarkan Nir masuk dalam berbagai jenis bantuan-bantuan Desa seperti PKH, BLT, BPNT dan lainnya.

“Kami memang berniat untuk membantu Ibu Nur ini namun kami juga terikat aturan atau regulasi bantuan. Karena Desa hanya memberikan bantuan bagi warga ber KTP Desa Bari. Solusinya ya Ibu Nur harus mengurus pemindahan penduduk ke Desa Bari,” ucapnya.

Reporter : Lex86

LAINNYA