Menelaah Sisi Peluang dan Tantangan Mekanisme PPG Offline

waktu baca 6 menit
Selasa, 10 Des 2024 15:33 0 137 Redaksi

L86News.com – Pendidikan merupakan investasi masa depan yang sangat bernilai. Kemajuan masa depan negara kita tidak pernah terlepas dari keseriusan komitmen pemerintah dalam menyiapkan pendidikan generasi saat ini. Potret masa depan bangsa kita tercermin dalam kualitas sistem pendidikan yang dibangun saat ini. Generasi emas yang kini menjadi mimpi besar bangsa kita akan sebatas angan-angan jika tidak didukung dengan kematangan kajian sistem pendidikan sejalan kontek tantangan jaman.

Menyiapkan pendidikan yang baik bagi generasi masa depan harus dibarengi dengan menyiapkan guru secara baik pula karena guru adalah salah satu pemain kunci kemajuan pendidikan itu sendiri. PPG merupakan salah satu bentuk upaya untuk mengusahakan pendidikan yang berkualitas. Melalui pendidikan dan pelatihan yang diberikan diharapkan dapat menghasilkan para guru yang kompeten sehingga berdampak pada peningkatan mutu pendidikan.

Sejak diterbitkannya UUGD Nomor 14 tahun 2005 dan Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 yang menjadi payung hukum PPG, penyelenggaraan PPG telah melalui berbagai mekanisme mulai dari sistem portofolio hingga pendidikan dan pelatihan serta uji kompetensi baik secara daring maupun luring.

Mendikdasmen, Abdul Mukti, baru saja mengumumkan transisi mekanisme pelaksanaan PPG dalam jabatan yang semula diadakan secara online menjadi offline atau luring. Salah satu poin pertimbangan keputusan tersebut adalah memperkuat interaksi interpersonal baik antara sesama mahasiswa PPG maupun antara mahasiswa dengan para dosen.

Dikatakan bahwa PPG dengan mekanisme online memang efisien dari segi pemanfaatan sumber daya (waktu, tenaga dan biaya) namun tidak optimal dari segi interaksi pembelajaran sehingga berdampak pada kualitas penguasaan kompetensi peserta PPG. Akan tetapi perlu dipahami bahwa tidak ada satupun sistem yang sempurna. Pasti saja selalu ada sisi kekurangan dan kelebihannya.

Tulisan ini mencoba membahas sisi kelebihan dan kekurangan mekanisme PPG tatap muka yang kini menjadi perbincangan hangat di kalangan guru. Dari bahasan tersebut diharap

Sisi Peluang

Dilihat dari segi intensitas interaksi pembelajaran, penulis berpendapat bahwa pertemuan online memang tidak optimal. Belajar dari pengalaman pribadi selamat mengikuti perkuliahan PPG online, penulis mengetahui tidak sedikit peserta PPG online mengeluhkan kendala terkait materi perkuliahan yang tidak dapat didalami secara optimal karena berbagai faktor terutama jaringan internet yang tidak optimal dan jam pertemuan yang sangat terbatas. Banyak pertanyaan mahasiswa yang seolah dibiarkan tanpa jawaban. Ketika berhadapan dengan kendala pemahaman materi perkuliahan, Peserta PPG seolah disuruh menaiki kapal laut tanpa nahkoda.

Dengan mekanisme offline diharapkan para guru dapat mengoptimalkan proses pembelajaran dengan membangun ruang kolaborasi yang efektif denga sesama rekan guru Berbagai kesulitan dapat diatasi dengan diskusi intensif baik dalam rumpun mata pelajaran maupun lintas mata pelajaran. Mekanisme ini juga memungkinkan para dosen untuk memberikan pendampingan lebih intensif kepada setiap peserta PPG, memberikan kesempatan bagi peserta untuk belajar melalui praktik langsung dan simulasi yang lebih realistis. Yang paling penting adalah semua kesulitan terkait materi perkulihan dapat didiskusikan melalui interaksi langsung dengan para dosen.

“Mekanisme ini juga memungkinkan para dosen untuk memberikan pendampingan lebih intensif kepada setiap peserta PPG, memberikan kesempatan bagi peserta untuk belajar melalui praktik langsung dan simulasi yang lebih realistis. Yang paling penting adalah semua kesulitan terkait materi perkulihan dapat didiskusikan melalui interaksi langsung dengan para dosen”

Selain itu, diinformasikan bahwa PPG offline akan membekali peserta dengan dua materi tambahan yakni materi bimbingan konseling dan pengembangan nilai yang tentu saja sangat urgen dari sisi tantangan pendidikan kekinian. Ini merupakan terobosan mendikdasmen karena dalam kurikulum PPG sebelum hanya disediakan materi pendalaman kompetensi pedagogik dan profesional sesuai bidang mata pelajaran para peserta PPG. Ini berarti guru secara pedagogik mendapat suntikan nutrisi kompetensi terbaru.

Dengan bekal pengetahuan konseling, guru diyakini akan makin handal dalam membidani lahirnya peserta didik yang bermutu secara intelek dan emosional. Kita mengetahui bahwa bimbingan dan konseling menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam dunia pendidikan, karena membantu siswa dalam mengatasi masalah pribadi, akademik, dan sosial yang dapat mempengaruhi perkembangan mereka.

Dengan pendidikan nilai, guru dibekali dengan pemahaman tentang bagaimana mengintegrasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaran sebagai salah satu komponen esensial dari proses pembelajaran itu sendiri. Ini tentu membantu guru menjadi pribadi yang siap membantuk karakter peserta didik di tengah tantangan zaman yang kian kompleks.

Sisi Tantangan

Dari sisi tantangan, kita bisa memprediksi dampak sistem offline terhadap kelangsungan proses pembelajaran di tiap satuan pendidikan. Jika mayoritas guru di sebuah sekolah berbondong bondong tinggalkan sekolah menuju LPTK yang telah ditunjuk kemendikbudristek, bisa dipastikan dampak buruknya terhadap mutu proses pendidikan di sekolah tersebut. Berapapun lamanya PPG offline yang akan diselenggarakan pemerintah nanti, apakah hanya dua bulan atau lebih, kelangsungan proses pelayanan bagi anak didik akan tetap tertanggu. Ini adalah kemungkinan yang tidak akan terhindari jika PPG tatap muka tetap dijalankan.

Di satu sisi kita boleh saja optimis dengan output mekanisme PPG ini dengan berbagai kelebihannya. Guru akan kembali ke sekolah masing-masing dengan bangga dan semakin percaya diri tidak saja karena gelar akademiknya bertambah, tetapi karena kompetensinya yang telah diupgrade. Di sisi lain, peserta didik yang menjadi muara dari pengembangan kompetensi guru terlantar karena tidak terlayani. Guru makin kompeten, sedangkan murid menjadi korban. Ini tentu situasi yang harus kita hindari karena bagi seorang guru melayani peserta didik adalah hukum tertinggi dalam panggilan hidupnya.

Menelantarkan hak anak didik dengan alasan pengembangan kompetensi adalah sebuah kekeliruan besar yang pasti bertentangan dengan esensi panggilan hidup pelaku profesi guru. Mengembang kan kompetensi secara keberlanjutan adalah sebuah keniscayaan seiring meningkatnya kompleksitas tantangan dunia pendidikan zaman ini namun tidak harus dilakukan dengan mengorbankan hak peserta didik sebagai calon penerus masa depan bangsa. Kita harus antisipasi kemungkinan learning loss peserta didik selama gurunya mengikuti PPG tatap muka.

Menelaah sejak dini sisi kekurangan PPG offline sangatlah penting agar para pengambil kebijakan dapat mengonsepkan mekanisme yang tetap menjamin pemenuhan hak anak didik mendapat pelajaran selama guru mereka menempuh PPG. Kita semua tentu berharap agar sistem pengembangan kompetensi guru tanpa harus meninggalkan sekolah dalam waktu lama agar kelangsungan pelayanan bagi anak didik tetap terjaga.

Memperhatikan persoalan tersebut, penulis berpendapat bahwa salah satu solusi yang dapat diambil mendikdasmen adalah menerapkan sistem zonasi dimana para peserta PPG ditempatkan di tiap LPTK dengan mempertimbangkan jarak sekolah tempat mereka mengajar. Sistem ini akan memungkinkan guru untuk tetap bisa melayani peserta didik selama menempuh PPG meskipun dengan jumlah jam pertemuan terbatas . Pemerintah harus memfasilitasi LPTK untuk mencari/menyediakan tenaga pengajar yang sesuai program studi peserta PPG. Tentu saja sistem ini akan terkendala dengan terbatasnya jumlah prodi pada LPTK yang ditunjuk. Apapun bentuk solusi yang akan diambil oleh pemerintah, poin yang disampaikan oleh penulis adalah hak anak didik hendaknya tidak dikorbankan selama PPG offline berlangsung.

Ditulis Oleh : Nikolaus Taman, S.Pd

LAINNYA