Suka Duka Sang Perebus Ikan, Dari 1 Kwintal Hingga 1 Ton Perhari Pernah di Produksi

waktu baca 2 menit
Kamis, 10 Feb 2022 22:25 0 140 Redaksi

LAMPUNG TIMUR, L86NEWS.COM – Seiring usia senja dan berkurangnya kekokohan tubuh, Cunding (52) warga Kuala Penet, Desa Margasari, Kecamatan, Labuhan Maringgai, Kabupatrn Lampung Timur beralih profesi dari nelayan menjadi perebus ikan.

Usaha tersebut ia lakoni sejak tahun 1997 hingga sekarang. Berbagai kendala seperti kekurangan bahan baku, cuaca, permodalan hingga pemasaran, menurut Cunding pernah dan tidak jara di temui.Namun, itulah usahanya dan dari situlah kebutuhan keluarga terpenuhi.

“Sejak tahun 1980an saya sudah jadi nelayan, dan baru sekitar tahun 1997 saya mulai menggeluti perebusan ikan teri ini,” ujar Cunding saat di temui Liputan 86 di lokasi produksi rebusan ikan teri miliknya, Kamis (10/2/2022).

Awal usahanya tersebut di akui Cunding bermodal nekat dengan bahan baku ikan teri sebanyak satu sampai dua kwintal. Setelah uji cobannya membuahkan hasil, beberapa bulan kemudian ia mulai memproduksi hingga lima kwintal bahkan pernah merebus satu ton sehari.

“Kalau saat ini tergantung dari hasil tangkapan nelayan dari laut. Jika banyak, produksi kami juga banyak. Tapi pas gak ada bongkar dari kapal nelayan, ya paling merebus satu kwintal sehari, itupun kalau ada,” ucapnya.

Dengan di bantu sejumlah pekerja, Cunding saat ini mengelola 5 bagan. Hasil dari ke 5 Bagan tersebut seluruh nya ia kelola. “Jadi tidak hanya ikan terinya saja yang di rebus, tapi juga ikan bareng dan japu,” ungkapnya.

Cunting ngaku perebusan ikan terinya tidak menggunakan bahan pengawet, tapi hanya garam dan air. Sehingga proses pengeringannya bisa 6 sampai 7 jam. Namun jika cuaca mendung bisa sampai satu Minggu. “Perkilonya, saya jual Rp 42 ribu di penampung,” pungkasnya.

Sakio warga Desa Srimino Sari kecamatan setempat mengaku sudah dua tahun bekerja sebagai perebus ikan teri di tempat Cinding. Menurutnya, bekerja sebagai perebus ikan ada suka dan dukanya. Ada enak da juga tidak enaknya.

“Pekerjaan kami ini, pertama mengangkut ikan dari perahu, menimbang, mebersihkan, kemudian merebus dan menjemur. Kami bekerja di upah harian, dalam sehari kami di bayar Rp 100 ribu bersih,” kata Sakio.

Sakio mengaku setiap hampir musim bekerja di tempat Cunding. “Tapi masuk jam kerjanya tidak pasti, karena tergantung pendapatan prahu. Namun bersukur dan alhamdulillah cukup untuk menghidupi keluarga,” ungkapnya.

Reporter : J&A86

KOLOM IKLAN






LAINNYA