x

Apel Akbar Hari Santri Nasional ke-X Tahun 2025 di Banyumas

waktu baca 5 menit
Rabu, 22 Okt 2025 18:23 26 Redaksi

BANYUMAS, L86News.com – Langit Banyumas pagi itu cerah dan sejuk, berwarna khidmat. Di tengah kibaran merah putih yang menjulang megah di Alun-Alun Purwokerto, gema takbir dan semangat resolusi jihad menggema di antara ribuan santri dari berbagai element dan pesantren se-Kabupaten Banyumas. Rabu (22/10/2025).

Mereka berbaris rapi, berpeci hitam, baju putih, bawahan / sarung hitam, wajah-wajah muda-mudi bercahaya menatap masa depan bangsa dengan tekad suci, jihad menegakkan ilmu, iman, menjaga dan mengisi kemerdekaan.

Apel Akbar Hari Santri Nasional ke-X Tahun 2025 Tingkat Kabupaten Banyumas digelar dengan penuh khidmat dan makna kebangsaan oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas, bekerja sama dengan Kementerian Agama, PCNU Banyumas, dan RMI.

Bupati Banyumas Drs. H. Sadewo Tri Lastiono, M.M. bertindak sebagai Pembina Apel, sementara Pemimpin Apel diamanahkan kepada Banser Ajibarang, Perwira Apel dari Banser, dan Paduan Suara Fatayat NU Banyumas memperindah suasana dengan lagu-lagu kebangsaan dan syair perjuangan santri, Indonesia Raya, Mars Hari Santri, Syubbanul Wathon, dan Ayo Mondok.

Pembaca doa dipercayakan kepada H. Faisal Riza, Kasi PD Pontren Kemenag Banyumas, yang memanjatkan doa penuh harap agar santri senantiasa diberi kekuatan menegakkan ilmu dan menjaga keutuhan bangsa, selamat dunia akhirat.

Acara dipandu oleh MC unsur Fatayat, juga dari jajaran Kemenag Banyumas, dengan suara khasnya, multitalenta dan berwibawa khas santri putri, menambah khidmat suasana apel HSN 2025 itu.

Apel akbar ini dihadiri oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas beserta seluruh jajaran, MUI, Forkopimda Banyumas, para kiai, pengasuh pondok pesantren, pimpinan perguruan tinggi, kepala madrasah dan sekolah, serta Baznas Banyumas bersama jajaran perwakilan LAZ se-Banyumas.

Turut hadir para pengurus dan anggota RMI Banyumas, keluarga besar Nahdlatul Ulama beserta seluruh banom dan lembaga NU seperti Muslimat, Fatayat, Ansor, Banser, IPNU-IPPNU, ISNU, LP Ma’arif, LTM, LazisNU, serta ormas keagamaan, ormas kepemudaan, PMI, TNI, Polri, relawan kemanusiaan, dan undangan lain yang tidak dapat disebut satu per satu.

Semua larut dalam satu barisan jihad kebangsaan, mengawal Indonesia merdeka menuju peradaban mulia.

Dalam amanatnya, Bupati Sadewo Tri Lastiono menegaskan bahwa santri bukan hanya pewaris pesantren, tetapi juga pelanjut peradaban bangsa.

“Sejak era Pak Husein hingga sekarang, pemerintah telah mengalokasikan anggaran pemberdayaan santri, mulai pelatihan pertanian, perikanan, hingga keterampilan usaha,” tuturnya.

Namun ia menegaskan, pelatihan tak boleh berhenti di meja teori.

“Kalau hanya pelatihan itu percuma. Harus ada keberlanjutan, dari produksi sampai pemasaran. Jika santri dilatih beternak ikan, pemerintah juga harus menjamin pasarnya. Kalau membatik, harus ada off-taker yang menampung hasil karya mereka.” Tandasnya.

Ia menyebut pemberdayaan santri sebagai jihad ekonomi pesantren, jalan panjang menuju kemandirian umat. Pemerintah daerah kini menyiapkan pola pendampingan berkelanjutan agar santri bukan hanya terampil, tetapi juga mampu mengembangkan usaha produktif yang mandiri dan berdaya saing.

“Momentum Hari Santri harus menjadi pengingat bahwa santri bukan hanya penjaga akidah dan moral, tetapi juga pelaku ekonomi dan pembangun bangsa,” tegasnya.

Bupati juga memastikan bahwa pembangunan infrastruktur pesantren tetap memprioritaskan aspek keselamatan dan kualitas bangunan.

“Setiap pondok yang mengajukan pembangunan kami periksa ketat melalui Dinas Pekerjaan Umum, agar sesuai spesifikasi dan aman bagi para santri,” ujarnya dengan nada tegas namun penuh tanggung jawab.

Sementara itu, Ketua PCNU Banyumas, H. Imam Hidayat, menegaskan bahwa Resolusi Jihad 22 Oktober 1945 bukan sekadar catatan sejarah, melainkan piagam moral dan spiritual bangsa.

“Resolusi Jihad menegaskan bahwa mempertahankan kemerdekaan adalah kewajiban agama. Cinta tanah air bagian dari iman, dan kemerdekaan sejati hanya bermakna jika membawa kemuliaan bagi umat manusia,” ujarnya penuh semangat.

Ia menafsirkan tema Hari Santri 2025 yang diusung PBNU, ‘Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Mulia’ sebagai panggilan moral.

“Mengawal Indonesia Merdeka berarti menjaga kemerdekaan agar tidak berhenti sebagai simbol politik, tetapi hidup sebagai kekuatan moral, sosial, dan spiritual bangsa. Sedangkan menuju peradaban mulia berarti membangun negeri dengan akhlak, kejujuran, kasih sayang, dan persaudaraan.”

Menurutnya, santri masa kini berjihad dengan ilmu dan akhlak, bukan dengan senjata.

“Jihad kita hari ini adalah jihad ilmu, jihad etika, jihad solidaritas sosial. Santri harus hadir di semua lini, kampus, pemerintahan, dunia usaha, ruang digital, dan gelanggang global, tanpa kehilangan akar tradisi pesantren,” pesannya.

Ia mengajak seluruh Nahdliyin untuk memperkuat ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), ukhuwah insaniyah (persaudaraan kemanusiaan), dan ukhuwah islamiyah (persaudaraan keislaman).

“Dua dari tiga ukhuwah itu bukan agenda politik, tapi gerakan kebangsaan untuk meneguhkan jiwa Indonesia yang tawassuth, tasamuh, tawazun, dan i’tidal,” tegasnya.

“Mari lanjutkan jihad kebangsaan dengan ilmu, doa, dan persaudaraan. Dengan semangat resolusi jihad dan akhlak para kiai, kita songsong Indonesia yang berdaulat, adil, dan berperadaban mulia.” Tutupnya.

Ketua Panitia HSN 2025 Kabupaten Banyumas, Gus Munif, yang juga Ketua RMI Banyumas, menegaskan bahwa pembacaan Resolusi Jihad dalam apel kali ini bukan sekadar seremoni, tetapi ikrar perjuangan yang dihidupkan kembali.

“Resolusi ini mengingatkan kita bahwa jihad santri tak pernah padam. Ia menjelma menjadi etos kerja, ketulusan pengabdian, dan semangat membangun bangsa dari pesantren,” ujarnya.

Dari Alun-Alun Purwokerto yang menjadi saksi sejarah perjuangan, gema takbir dan shalawat bersahutan dengan lantunan Syubbanul Wathon, lagu perjuangan yang menyalakan cinta tanah air dan semangat jihad kebangsaan.

Banyumas kembali meneguhkan dirinya sebagai kawah candradimuka santri, tempat di mana jihad tidak lagi menenteng senjata, melainkan menenteng pena, menanam benih, dan menyalakan lentera peradaban.

“Santri hari ini adalah pejuang masa depan. Dengan ilmu, akhlak, dan kerja, jihad mereka menyalakan cahaya Indonesia yang merdeka dan beradab.

KOLOM IKLAN








LAINNYA
x