Ditinggal Suami Tanpa Kabar, Janda Ini Bertahan Hidup di Gubuk Reyotnya
waktu baca 3 menit
Rabu, 29 Jan 2025 12:52 0 195 Redaksi
LAMPUNG TIMUR, L86News.com – Syamsiah (25) warga Desa Waringin Jaya, Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur terpaksa harus hidup serba kekurangan di gubuk reyot yang sangat jauh dari kata layak. Ia tinggal berempat bersama kedua kakak dan anak semata wayangnya.
Gubuk yang di gunakan berteduh janda yang ditinggal suami tanpa kabar itu, hanya berukuran 2 x 3 meter dan terbuat dari kayu, ditempel limbah kardus, terpal, banner dan beratap asbes. Selain tidak layak huni dan masih menumpang di lahan warga, kondisi gubuk Syamsiah juga tanpa listrik, air, dan kamar mandi.
Dengan kondisi itu, selain harus mencari nafkah dan berjuang melawan penyakit vertigonya, Syamsiah juga harus menyekolahkan anak dan merawat kedua kakaknya yang depresi akibat tekanan batin. Bahkan, meski keberadaan rumah sakit dan Puskemas tidak jauh dari tempat tinggalnya, keluarga itu juga tidak pernah menikmati layanan kesehatan lantaran tidak memiliki BPJS dari pemerintah.
Hidup sehat dan layak di rumah yang pantas adalah impian setiap keluarga. Namun berbeda dengan kondisi Syamsiah setelah ditinggal suami saat dia sedang mengandung anaknya. Bagi Syamsiah memiliki kehidupan layak merupakan hal yang tidak mungkin. Jangankan membuat rumah layak, untuk makan dan biaya hidup sehari-hari saja sangat kesulitan.
Mendengar cerita tersebut, Ketua Amal Sedekah Grup (ASG) Lampung Timur, Sularmo bersama anggota dan relawan pada Selasa (28/01/2025) mendatangi gubuk Syamsiah. Mereka pun berencana membantu membuatkan rumah layak huni.
Ia berharap bisa membantu Syamsiah dan keluarganya untuk memiliki rumah yang layak huni. “Kami berharap dengan adanya bantuan ini, Syamsiah dan keluarganya dapat memiliki rumah yang layak huni dan meningkatkan kualitas hidup mereka,” kata Sularno
Menurutnya, kehidupan keluarga Syamsiah sangat miris. Mereka tinggal di gubuk reyot bersama satu anak dan dua orang saudara laki-laki. “Lihatlah rumah yang mereka tempati sangatlah jauh dari kata layak. Padahal mereka juga manusia yang punya hak hidup dan memiliki rumah yang layak,” ucap Sularno.
Sementara, sambungnya, rumah berlantai tanah, tiang penyangga lapuk, dinding bolong-bolong, atap bocor, tidak kamar tidur, dapur, kamar mandi dan listrik itu hanya ada dua tempat tidur kecil diruang sempit, penuh tumpukan baju bekas tapi dihuni 4 manusia, layaknya hewan.
Tidak ada warga sekitar yang mau mempekerjakan mereka sebagai buruh tani atau buruh serabutan. Sementara mereka butuh hidup yang layak dan makan minum untuk kelangsungan hidupnya.
Syamsiah tidak punya lahan untuk digarap, mau berusaha tidak punya modal dan kendaraan untuk transportasi. Jangankan untuk modal usaha untuk berobat ke Puskesmas saja, Syamsiah tidak mampu karena tidak memiliki uang dan BPJS.
Selain itu, Syamsiah juga terkendala biaya pendidikan Naufal (8). Saat ini, anaknya itu kelas 1 SD. Syamsiah tidak punya uang untuk beli sepatu, baju, buku, apalagi jajan sekolah meski hanya Rp. 2 ribu perhari. “ini sangat memberatkan karena Syamsiah tidak punya sumber penghasilan,” jelasnya
Namun, di tengah sulitnya kehidupan yang dialami, Syamsiah tetap yakin dan optimis dihadapan anak semata wayangnya. Ia berusaha tegar dan kuat menjalani hidup meski kondisi serba kekurangan demi masa depan anak tercintanya.
“Wahai teman-teman sahabat baik para donatur yang dermawan, mari kita bantu Syamsiah agar bisa hidup lebih baik dan tinggal dirumah yang pantas. Tanpa dukungan kita semuanya, ia sulit untuk bertahan menjalani kehidupannya,” ajak Sularno.