Dikki Akhmar Jadi Caleg Pertama di Kalteng Komitmen Tolak Money Politic, Alasannya Bikin Terharu!

waktu baca 4 menit
Senin, 31 Jul 2023 13:12 0 95 Redaksi

PALANGKA RAYA, L86News.com – Praktik money politic pada sistem demokrasi di Indonesia merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya. Pemilihan umum atau pemilu yang ditujukan untuk memilih pejabat ataupun wakil rakyat, sejatinya juga tidak terlepas dari praktik kotor tersebut.

Dikki Akhmar, sosok pengusaha muda yang sukses mengolah limbah cangkang sawit menjadi solusi energi bersih dan terbarukan di tanah air menyampaikan jika praktik money politic itu terjadi, salah satunya diakibatkan oleh proses penegakkan hukum yang berjalan tidak maksimal dan terbatas.

Menurutnya, banyak pihak termasuk penyelenggara pemilu yang acap kali kecolongan dengan tidak dapat mencegah dan menindaklanjuti pelanggaran tersebut. Selain itu, keterbatasan bukti dan waktu penyelesaian sengketa yang singkat, menjadikan penegakkan hukum atas kasus ini terabaikan.

Praktik money politic lanjutnya juga tidak dapat terlepas dari budaya masyarakat yang masih mengakar kuat dengan praktik meminta materi, baik dalam bentuk uang ataupun barang sebagai imbalan atas suara yang mereka gunakan untuk memilih salah satu pejabat ataupun caleg yang bertanding di pemilu.

“Money politic itu harus kita akui, itu terjadi di sekitar kita. Bukan hanya di pemilu saja, di setiap sendi-sendi kehidupan, hal itu juga sering kita temui. Misalnya soal kenaikan jabatan, lelang proyek, rekruitmen pegawai, bahkan sampai pemilihan RT pun juga itu terjadi,” terang Dikki Akhmar menjelaskan.

Dikki Akhmar yang diketahui juga merupakan Caleg DPR RI dari partai PKS Nomor Urut 1 Daerah Pemilihan Kalimantan Tengah, menyayangkan masih maraknya praktik itu terjadi di tengah masyarakat modern yang memiliki akses informasi dan komunikasi yang luas di era society 5.0 ini.

“Sejatinya, pejabat ataupun caleg itu memiliki pendidikan yang tinggi, yang pada hakikatnya, ia mendorong hati manusia untuk lebih merunduk. Menundukkan dirinya untuk kemudian patuh dan taat kepada nilai-nilai kebenaran yang ada. Bukan takut jika tidak melakukan money politic maka masyarakat tidak memilihnya,” lanjutnya.

Kekeliruan cara berpikir seperti inilah yang kemudian menurutnya perlu untuk diperbaiki. Itu sejalan dengan fitrah manusia yang menurut Dikki Akhmar sendiri merupakan makhluk dengan keindahan dan kecerdasan yang lebih dominan ketimbang makhluk hidup lain yang Tuhan ciptakan.

“Ada 3 fitrah manusia. Pertama, manusia itu makhluk paling indah, ahsanu taqwim, baik dari segi bentuk dan pemikirannya. Dalam konteks politik, kalau masih ada praktik politik uang maka yang disalahkan bukan pelakunya saja, tapi penegakkan hukum yang tidak berjalan dengan baik,” pungkasnya.

Kemudian lanjutnya, fitrah manusia yang kedua adalah untuk beribadah. Ini sebagai bentuk tanggungjawab dari gelar hamba yang disematkan padanya. Sehingga politik uang sendiri bukanlah sebuah solusi yang baik melainkan hanya menimbulkan malapetaka pada sistem demokrasi yang ada.

“Pemerintahan yang lahir dari sistem pemilihan yang kotor akan melahirkan pejabat-pejabat yang kotor. Kebijakan yang menyengsarakan rakyat lahir dari pejabat-pejabat yang dipilih dari cara yang kotor. Hancurnya suatu negara bukan karena perang, melainkan kotornya cara berpikir dalam bernegara,” tegasnya.

Dikki Akhmar juga tidak menyangkal bahwa dalam kesempurnaan penciptaan manusia, pada hakikatnya, bukan berarti menjadikan ia sebagai makhluk tanpa celah dan kesalahan. Manusia sendiri dikatakan sempurna karena ia dianggap mampu mengelola kekurangan yang ia miliki menjadi kesempurnaan yang bernilai kebaikan.

“Saya dan kita semua yang memutuskan memilih terjun ke dunia politik, harus mulai sadar dan berbenah diri. Kita mungkin pernah melakukan kesalahan di masa lampau, tapi sekarang kita harus perbaiki. Kita ingin melihat Indonesia jadi negara maju, maka kita juga harus berpikir maju ke depannya,” sambungnya.

Untuk itu menurut Dikki Akhmar, ia berkomitmen untuk tidak akan melakukan praktik money politic dalam pemilu 2024 mendatang. Meskipun banyak pihak menilai hal itu tidak mungkin terjadi, tapi ia yakin jika sesuatu yang diniatkan dengan tulus dan benar, maka ia akan menuntun pada kebaikan dan keadilan.

“Saya yakin kebenaran akan menemukan jalannya sendiri. Cahaya akan mulai menerangi setiap sudut gelap demokrasi kita. Kejayaan adalah milik orang-orang baik dan berani melakukan hal yang benar. Kita tidak kekurangan orang pintar, kita hanya kekurangan orang tulus dan jujur untuk memimpin,” ujarnya.

Dikki Akhmar juga menyerukan kepada seluruh simpatisan, kader dan pengurus partai, terutama kader PKS yang mencalonkan diri sebagai caleg untuk menjaga harkat dan martabat rakyat dengan tidak melakukan money politic. Menurutnya money politic adalah wujud baru penghinaan masyarakat modern.

“Para caleg PKS yang berkompetisi di pemilu 2024 harus berani bilang siap kalah asalkan tidak melakukan money politic. Bagi-bagi uang pada rakyat untuk memilih, merupakan cara-cara kotor yang membodohi dan mengkerdilkan rakyat,” seru Dikki Akhmar dengan lantang menolak politik uang.

Menurut Dikki Akhmar, money politic adalah salah satu penyebab utama dari maraknya kasus korupsi yang melanda di Indonesia. Dampak buruk korupsi yang lahir dari keserakahan penguasa telah menyebabkan ketimpangan sosial dan pembangunan yang tidak merata di setiap daerah.

“Kita harus siap, partai PKS harus siap. Kita harus siap kalah untuk mempertahankan kejujuran dalam pemilu. Kita harus siap mengangkat harkat dan martabat rakyat. Kita harus memuliakan rakyat dengan tidak melakukan money politic. Kita menang terhormat, kalau juga harus terhormat,” tutupnya.

Reporter: Aris Kurnia Hikmawan

KOLOM IKLAN






LAINNYA