MIMIKA, L86News.com – Terkait penanganan peristiwa pembakaran Pesawat Susi Air di Bandara Paro Kabupaten Nduga, TNI Polri telah bekerja sesuai tupoksi, yakni bekerja untuk kepentingan Negara.
Demikian di sampaikan Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa saat gelar jumpa pers terkait penanganan pengungsi warga Paro ke Kenyam, Kabupaten Nduga di Polres Pelayanan Mimika, Jumat (10/2/2023).
Didampingi Waka Polda Papua Brigjen Pol Ramdani Hidayat, Danpas Brimob III Korbrimob Polri Brigjen Pol Gatot Haribowo, dan Danrem 172/PWY Brigjen TNI J.O. Sembiring, Pangdam menjelas kan penanganan peristiwa pembakaran Pesawat Susi Air di Bandara Paro, Nduga.
“Pada prinsipnya, kami TNI Polri bekerja atas kepentingan Negara. TNI Polri dalam hal ini Kodam XVII/Cenderawasih dan Polda Papua dalam penanganan kasus Paro juga melibatkan tokoh masyarakat dan pemerintah daerah dengan tujuan menyelamat kan nyawa manusia yaitu aspek kemanusiaan,” ujarnya.
Dijelaskan Pangdam, dalam waktu beberapa hari lalu hingga saat ini, pihak nya juga sudah melajsanakan operasi kemanusiaan yakni menolong dan melakukan pengamanan terhadap warga yang sedang melakukan esksodus dari Paro menuju Kenyam.
“Mengenai Pesawat Susi Air yang terbakar, terdapat isu-isu beredar bahwa ada 15 orang di ancam oleh Egianus Kagoya, tapi semuanya sudah dapat di evakuasi dengan selamat. Namun 1 personel pilot diduga masih bersama kelompok KST dan kita terus melakukan pencarian sesuai kondisi di lapangan,” jelas Mayjen TNI Muhammad Saleh Mustafa.
Di tempat yang sama, Danrem 172/PWY Brigjen TNI J.O. Sembiring mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu menyelamatkan nyawa manusia hingga berjalan kaki dari wilayah Paro menuju ke Distrik Kenyam.
“Masyarakat yang keluar ini karena takut terancam akibat aksi teror yang dilakukan oleh kelompok Egianus Kogoya yaitu dengan membakar pesawat dan diduga juga Egianus Kogoya membawa pilot Pesawat Susi Air,” jelas Danrem 172/PWY.
Bahkan, masyarakat yang melakukan eksudus, lanjut Danrem, ada yang sakit, tidak kuat, bahkan ada anak kecil yang sudah kelelahan berjalan sekitar dua hari berada di hutan. Sehingga Bupati minta bantuan TNI-Polri untuk menyelamat kan mereka
“Sekali lagi, tidak ada operasi TNI di wilayah Paro yang di isukan mengancam warga hingga membuat masyarakat takut dan lari keluar dari Paro. Semua itu tidak benar. Jika ada pihak yang menyatakan seperti itu, maka itu adalah upaya provokasi gerombolan KST dan simpatisannya,” ucap Danrem.
Demikian pula selama kepemimpinan Bupati ini, juga tidak ada yang namanya pemerkosaan dan pembunuhan masyarakat sipil. “Jadi jika ada kelompok menyatakan hal itu, maka itulah upaya provokasi dan memutar balikkan fakta. Sekali lagi jika ini terus dilaku kan, bisa melanggar undang-undang,” tegas Danrem
Reporter : Has/Pen