KEBUMEN, L86News.com – Batik tulis Kebumen yang sudah berusia puluhan tahun dan mempunyai nilai seni tinggi, kini terkesan mati suri akibat kurangnya perhatian dari pemerintah daerah.
Minimnya perhatian dan tidak adanya kebijakan pemerintah daerah yang mendukung keberlangsungan, lestari dan berkembang nya produk lokal menjadi kan para pengrajin hilang semangat.
Demikian sekilas gambaran kondisi usaha batik tulis di Kabupaten Kebumen khusus nya di Desa Jemur, Pejagoan. Selain Desa Gemek Sekti, Desa Jemur juga dikenal masyarakat sebagai daerah centra batik tulis Kebumen.
Namun, setelah di kupas lebih dalam, asal muasal pengrajin batik tulis Kebumen di Desa Gemek Sekti sebagian besar ternyata berasal dari Desa Jemur. Hal ini membuat awak media ingi mengetahui lebih jauh tentang produk yang kini kurang diminati masyarakat
Kepala Desa (Kades) Jemur Tunjangsari menjelaskan jika pembatik di desanya dewasa ini memang merasa produk nya kurang diminati hingga penghasilan dari membatik saat sangat minim.
Lantaran tidak dapat diandal kan untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, minat masyarakat desa untuk memproduksi batik berkurang dan memilih pekerjaan lain yang lebih menguntungkan.
Hal sama juga diutarakan Marwati selaku pengrajin batik tulis Sekar Jagad. Menurut nya, penghasilan dari membatik sangat minim. Padahal, untuk menyelesai kan satu kain batik tulis Sekar Jagat membutuh kan waktu tidak kuran dari 10 hari.
Sementara, lanjut Marwati, upah yang diterima Rp. 300 ribu. “Proses pembuatan batik tulis Sekar Jagat yang memiliki nilai seni tinggi ini membutuhkan ketelitian dan kecermatan,” ujarnya diamini Nasikun Anhar pengrajin batik
“Kepada pemerintah daerah, kami berharap bisa memberi kan perhatian terhadap batik Kebumen, sehingga produk yang hampir punah ini bisa tetap lestari, bisa bersaing di pasaran dan kelangsungan usaha batik di Kebumen tetap terus terjaga,” pungkas Kades
Reporter : Fitri