JAMBI, L86NEWS.COM – Sudah jadi rahasia umum dan tak dapat dibantah lagi jika orientasi dari partai adalah kekuasaan dan kepentingan.
Terbaru, dunia mahasiswa dan masyarakat Indonesia di buat bertanya-tanya dengan hadirnya partai mengatas namakan Mahasiswa. Ya, Partai Mahasiswa Indonesia (PMI) namanya.
Eko Pratama, sosok figur ketua umum partai yang menjual nama Mahasiswa ini di ketahui merupakan Koordinator Pusat Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara.
Koordinator yang sempat jadi perbincangan setelah lebih memilih berdiskusi dengan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Wiranto, ketimbang bersatu dengan mahasiswa turun ke jalan menyuarakan aspirasi.
Dan tak lama setelah itu, kini malah muncul partai mahasiswa. Sesama mahasiswa, tentu saya juga sadar dan tau betul bahwa ada banyak jalan menuju Roma.
Ada banyak cara bisa di tempuh untuk menyampai kan aspirasi, memulus kan kepentingan dan memasti kan bahwa Demokrasi di negara ini masih berjalan atau berpraktek seperti teori.
Namun, dengan terbitnya SK Kemenkumham No: M.HH-6.AH.11.01 tahun 2022 tentang pendirian PMI pada 21 Januari 2022, hingga kini masih menjadi pertanyaan.
Akal sehat penulis, mungkin juga ribuan mahasiswa di Indonesia masih bertanya apa sebenarnya tujuan atau siapa orang dibalik pendirian partai yang mengatas namakan mahasiswa itu?
Karena menurut saya, sebagai mahasiswa menjadi sangat penting untuk menjaga independesi serta memupuk idealisme.
Bukan tidak mungkin, kehadiran PMI yang viral di jagad media massa ini dapat mematahkan semangat perjuangan mahasiswa dan memecah peran mahasiswa sebagai agent of change dan sosial control.
Mengapa, karena berbicara partai tentu tidak lepas dari kepentingan. Sementara kepentingan partai adalah memenangkan pertarungan (kontestasi). Nah bagaimana caranya? Bermain pragmagis pun kerap menjadi solusinya.
Praktisnya, mereka yang terjun ke dunia politik harus memilih antara menjadi oposisi atau koalisi pemerintah.
Pertanyaannya, dimana nanti letak pemikiran kritis mahasiswanya ketika pilihan yang diambil adalah menjadi koalisi pemerintah.
Yang ada, besar kemungkinan Partai yang katanya mahasiswa ini, nanti malah tidak lagi mendengarkan aspirasi atau persoalan krusial di masyarakat.
Karena sama-sama kita ketahui bahwa kebanyakan partai politik di Republik tercinta ini menerap kan pola-pola politik pragmatis. Waduh parah.
Besar harapan saya sebagai mahasiswa, untuk saudara Eko Pratama (Ketum PMI) yang juga Ketua BEM Nusantara yang belakangan telah pecah menjadi dua kubu untuk segera membubarkan PMI.
Sudah begitu banyak organisasi-organisasi di Indonesia yang mengatas namakan rakyat, tak sedikit pula yang terpecah karena kepentingan masing-masing kubu.
Ada banyak yang lebih penting untuk disuarakan, oleh karena itu lebih baik rasanya jika mahasiswa (agent of change) segera bersatu.
Mari bersama-sama menyuarakan dan mengkawal semua persoalan yang ada di Republik tercinta ini, sebagai mahasiswa rasanya tak perlu sampai bergabung atau terjun ke dunia politik, kecuali jika mau nyaleg atau nyabup.
Ingat kita ini Mahasiswa, bukan Politisi.Hidup Mahasiswa.Hidup Rakyat Indonesia.
Di tulis oleh : Simson Nababan Sekretaris Fungsi Perguruan Tinggi GMKI Jambi