BANYUMAS, L86News.com – Di tengah langit cerah yang menyelimuti Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, sebuah suara penuh keprihatinan terdengar sudah hampir 1 bulan berjalannya waktu.
Slamet Busono, tokoh Masyarakat dan tokoh agama sekaligus pengurus NU setempat, mengungkapkan kekhawatirannya terkait kondisi warga terdampak bencana tanah longsor yang terjadi pada 11 September lalu.
Menurutnya, meski tidak ada korban jiwa, namun keadaan pasca-bencana masih membutuhkan perhatian serius, terutama dalam hal pembiayaan dan penanganan lanjutan.
Bencana tanah longsor yang terjadi di Grumbul Gandarusa, tepatnya di depan rumah Sarwono dan Sutarni, telah menyebabkan kerusakan yang cukup signifikan pada akses jalan utama desa.
Meskipun kerugian material diperkirakan mencapai 10 juta an, warga setempat masih bergantung pada gotong royong dan semangat kebersamaan dalam membersihkan material longsor yang hampir menimpa rumah mereka.
“Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa, namun kami sangat membutuhkan bantuan, terutama dari pemerintah dan lembaga terkait,” ungkap Slamet Busono kepada awak media Jum’at pagi ini.
Slamet Busono yang juga aktif di MWC NU setempat dan menampung laporan dari unsur Muslimat NU itu menambahkan, meskipun telah ada beberapa bantuan dari organisasi masyarakat setempat, seperti MWC dan Muslimat NU, namun dari institusi atau lembaga lain masih kurang.
“Korban saat ini masih menunggu bantuan dari pemerintah wan jajarannya. Kami berharap dermawan serta para pemangku kebijakan segera turun tangan, agar penanganan pasca-bencana ini tidak tertunda lebih lama,” ucapnya.
Ia juga menyoroti ketimpangan dalam pembiayaan dan sumber daya untuk penanganan musibah ini. “Kesedihan ini bukan hanya milik kami yang terdampak langsung, tapi juga bagi siapa saja yang peduli pada nasib sesama. Kami sangat berharap ada perhatian lebih dari para pemangku kebijakan di tingkat daerah untuk membantu meringankan beban warga,” tambahnya.
Hingga kini, meski masyarakat setempat bergotong royong dalam membersihkan sisa-sisa material longsor, bantuan dari pemerintah dan organisasi besar masih sangat minim. “Kami belum menerima bantuan logistik apapun dari pihak pemerintah setempat. Sementara, warga terus bekerja membersihkan lingkungan mereka,” ujar Ibu Sutarni, Ketua Ranting Muslimat NU Grumbul Gandarusa yang turut melaporkan kejadian ini.
Bencana longsor ini, selain memberikan pelajaran tentang betapa rentannya kawasan tersebut terhadap bencana alam, juga menunjukkan pentingnya upaya pencegahan yang lebih sistematis, seperti peningkatan sistem peringatan dini dan reboisasi di wilayah rawan longsor.
Di samping itu, penanganan darurat dan rekonstruksi infrastruktur juga perlu di lakukan dengan segera untuk memastikan kehidupan warga dapat kembali normal.
“Kami sangat berharap ada perhatian khusus dalam pembangunan sarana dan prasarana evakuasi yang memadai, agar warga tidak merasa terabaikan ketika bencana datang,” ujar Slamet dengan nada penuh harap.
Bencana ini telah menggugah rasa kepedulian dari berbagai kalangan, namun usaha bersama untuk memastikan warga terdampak dapat segera pulih dan melanjutkan kehidupan mereka, harus dimulai dari tindakan nyata para pemangku kebijakan dan masyarakat luas.
“Mari kita bergandengan tangan, berbagi beban, dan memberikan harapan untuk saudara-saudara kita yang sedang membutuhkan. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan bagi setiap langkah kita dalam membantu mereka.” pungkasnya