x

Catatan Kritis Ketua Presidium Kopearad Mabar di Hari Sumpah Pemuda 2025

waktu baca 4 menit
Rabu, 29 Okt 2025 21:52 28 Redaksi

MANGGARAI BARAT, L86News.com – Manggarai Barat adalah tanah yang diberkahi. Gunung dan lembahnya, laut birunya, budayanya yang berakar kuat, serta manusianya yang ramah adalah aset yang tak ternilai.

Di balik keindahan alam Labuan Bajo yang kini dikenal dunia, tersimpan potensi besar yang bila dikelola dengan bijak dapat menjadi sumber kesejahteraan bagi seluruh masyarakatnya.

Namun, seperti dua sisi mata uang, label “Super Premium” yang melekat pada daerah ini bisa menjadi berkah, bisa pula menjelma bencana, tergantung siapa yang mengelola dan untuk kepentingan siapa semuanya dikerjakan.

Data menunjukkan bahwa pada tahun 2024, jumlah penduduk Kabupaten Manggarai Barat mencapai sekitar 282.940 jiwa, dengan kelompok usia produktif (15–59 tahun) mencapai sekitar 65,19 persen atau sekitar 184.000 orang.

Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan gambaran bahwa mayoritas penduduk Manggarai Barat adalah pemuda, sebuah kekuatan besar yang bila diberdayakan secara tepat, mampu mengubah wajah daerah ini menuju masa depan yang lebih berdaya.

Secara ekonomi, Manggarai Barat menunjukkan perkembangan yang patut diapresiasi. Tahun 2023, pertumbuhan ekonominya mencapai 4,77 persen, tertinggi di antara 23 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 4,25 triliun, dengan PDRB per kapita sekitar Rp 15,7 juta. Namun, struktur ekonomi daerah ini masih didominasi sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang menyumbang sekitar 39,31 persen dari total perekonomian.

Data ini menunjukkan bahwa kemajuan yang tampak masih rapuh jika tidak diikuti dengan transformasi sumber daya manusia, terutama kaum muda yang menjadi tulang punggung masa depan.
Di tengah perubahan yang cepat, generasi muda Manggarai Barat kini berada di persimpangan besar.

Dunia memasuki apa yang disebut sebagai era erupsi global, ketika arus informasi, ekonomi, budaya, dan teknologi bergerak begitu cepat menembus batas ruang dan waktu. Globalisasi membuka banyak peluang, namun di saat yang sama membawa tantangan besar yang dapat mengguncang identitas dan ketahanan sosial kita.

Krisis identitas menjadi ancaman nyata ketika budaya instan dan gaya hidup konsumtif menggerus nilai-nilai lokal. Individualisme dan hedonisme semakin menonjol, mengikis semangat gotong royong dan solidaritas sosial yang selama ini menjadi kekuatan masyarakat Manggarai.

Sementara itu, kesenjangan digital masih menjadi jurang yang memisahkan antara mereka yang mampu mengikuti perkembangan teknologi dan mereka yang tertinggal. Di sisi lain, penyebaran hoaks dan paham radikal di dunia maya terus menggerogoti semangat persatuan dan toleransi yang menjadi fondasi kebangsaan.

Dalam situasi seperti ini, pemuda tidak boleh diam. Pemuda Manggarai Barat harus tampil sebagai pembawa solusi, bukan sekadar pengamat. Kita harus menjadikan teknologi bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai sarana untuk menghidupkan kembali nilai-nilai budaya lokal. Media digital seharusnya menjadi ruang promosi dan edukasi tentang kearifan lokal, bukan tempat di mana nilai-nilai itu hilang.

Pemuda perlu menyiapkan diri sebagai aktor global yang kompeten, menguasai hard skill dan soft skill, membangun kreativitas, inovasi, serta semangat kewirausahaan. Pemuda tidak boleh hanya menjadi konsumen produk global, tetapi harus mampu menjadi produsen gagasan, karya, dan solusi yang berakar pada kekayaan lokal.

Dalam konteks ekonomi daerah yang tumbuh, pemuda harus menjadi pelaku aktif, bukan sekadar penonton di pinggir jalan pembangunan. Selain itu, pemuda juga perlu berani berdiri di garda depan menjaga stabilitas sosial. Menjadi agen anti-hoaks dan anti-radikalisme bukan sekadar pilihan, melainkan keharusan moral.

Pemuda harus mengawal ruang publik agar tetap sehat, rasional, dan inklusif. Menguatkan kontrol sosial dan memberdayakan kelompok rentan adalah bentuk nyata dari semangat solidaritas dan keadilan sosial yang diwariskan para pendiri bangsa.

Kepedulian terhadap isu-isu global seperti perubahan iklim, keadilan sosial, dan hak asasi manusia juga perlu tumbuh di kalangan pemuda Manggarai Barat. Di era di mana dunia saling terhubung, perjuangan pemuda tidak lagi berhenti di batas kabupaten, melainkan menjadi bagian dari panggung nasional dan bahkan global.

Namun, semua itu harus dilakukan dengan berakar kuat pada semangat nasionalisme konstruktif, yakni semangat untuk memperbaiki dan membangun, bukan untuk merusak. Globalisasi pada akhirnya hanyalah alat. Ia bisa menjadi jembatan emas menuju kemajuan, atau justru jurang yang menelan jati diri kita. Pilihannya ada di tangan kita.

Di hari peringatan Sumpah Pemuda tahun 2025 ini, saya selaku Presidium Komunitas Pemuda Anti Radikalisme Manggarai Barat (Kopearad Mabar) mengajak seluruh pemuda Manggarai Barat untuk menjadikan globalisasi sebagai jembatan, bukan alasan kehilangan arah.

Mari jadikan momentum Sumpah Pemuda ini sebagai titik balik, saat di mana pemuda tidak hanya berbicara tentang masa depan, tetapi menciptakannya. Kita harus berprestasi tanpa kehilangan identitas, maju tanpa meninggalkan akar budaya, modern tanpa melupakan.

Labuan Bajo, 28 Oktober 2025
Ito Umar Presidium Kopearad Mabar

KOLOM IKLAN








LAINNYA
x