MANGGARAI, L86Nesw.com – Memperingati Bulan Kitab Suci Nasional tahun 2025, lembaga Pendidikan Katolik Sekolah Menengah Atas Swasta (SMAS) Santo Gregorius Reo menggelar rekoleksi bagi pendidik dan tenaga kependidikan dengan tema “Berkarya Dalam Semangat Kasih Sebagai Perwujudan Kemuliaan Hidup”. Kegiatan dipimpin langsung oleh Pastor Paroki Reo, RD. Mansuetus Hariman, Pr bertempat di Aula Sekolah, Sabtu (27/09/2025).
Lagu utusalah Roh-Mu ya Tuhan menghantar para guru dalam suasana hening penuh hikmat membuka kegiatan rekoleksi, dilanjutkan dengan doa pembuka dan pembacaan sabda Tuhan.
Kepala SMAS St. Gregorius Reo, RD. Agustinus Sunday Cakputra dalam sambutan pengantarnya menyatakan dengan tegas akan pentingngya Rekoleksi bagi para guru dan tenaga kependidikan di sekolah yang dipimpinnya itu.
“Rekoleksi ini sangat penting bagi kita, tidak hanya sebagai momen mengenang bulan kitab suci nasional atau hanya sekadar mencari inspirasi tetapi juga kegiatan seperti ini dapat memperkuat nilai persaudaraan dan kebersamaan sebagai satu komunitas belajar. Kita akan berdialog sembari menceritakan pengalaman kita masing-masing dalam kaitannya dengan panggilan sebagai guru”, tukas RD. Sandy.
Tidak hanya itu, Imam Muda Keuskupan Ruteng itu juga menyampaikan bahwa Rekoleksi guru salah satu upaya meningkatkan kesadaran spiritual dan iman guru sehingga dapat menjadi contoh yang baik bagi siwa. “Tujuan rekoleksi ini juga untuk meningkatkan kesadaran spiritual dan iman kita sehingga kita dapat menjadi contoh yang baik bagi siswa kita”, ucapnya.
Sementara RD. Mansu dalam pengantar rekoleksinya di hadapan para guru yang hadir menegaskan eksitensi sekolah katolik sesuai rekomendasi sinode yang sudah terjawab oleh lembaga pendidikan SMAS St. Gregorius Reo.
“Mudah-mudahan ini menjadi awal dan bukan akhir karena seingat saya di Reo, baru terjadi rekoleksi seperti ini di lingkup sekolah. Sehingga rekomendasi sinode Keuskupan Ruteng terjawab di lembaga ini. Sinode merekomendasikan agar sekolah katolik terus dan lebih tampil dalam citra kekatolikan. Citra kekatolikan tidak hanya terlihat dalam simbol-simbol: atribut katolik, nama pelindung, logo dengan semboyan praedicamus christum tetapi harus lebih terlihat dalam aksi-aksi nyata”, ujar RD Mansu.
Diketahui, rekoleksi itu mengambil bacaan dari injil Yohanes. 17:1-8 mempertegaskan beberapa permenungan yang harapanya dapat diyakini sebagai aksi nyata untuk menumbuhkan spritualitas kekatolikan dalam tugas sebagai guru yang menampilkan wajah kasih Allah yang nampak.
“Pertama, pekerjaan menjadi tanggung jawab kita yang adalah guru maupun siwa berasal dari ‘atas’, dari Bapa. Kedua, dengan pekerjaan Yesus memuliakan nama Bapa-Nya itu berarti pekerjaan adalah sesuatu yang luhur dan mulia. Sebab dalam iman tidak ada pekerjaan yang disebut kotor ataupun hina. Ketiga, dalam setiap pekerjaan kita juga mesti siap dan mampu untuk bekerja sama dengan orang-orang lain. Kemuliaan Wajah Allah akan nampak secara meluas di mana-mana apabila kita bersama-sama dengan orang-orang lain menaburkan benih-benih perbuatan baik,” jelasnya.
Sebagai penutup, RD Mansu selaku pemandu rekoleksi menegaskan tiga hal menarik sebagai kesimpulan sekaligus menginspirasi para guru agar semakin kuat dalam menjalankan karya pelayanan yang diemban.
“Pertama, bekerja dalam semangat kasih (ada ketekenunan, kesetiaan, kesabaran dan pengorbanan) hanya mungkin kalau kita selalu mendasarkan diri pada kesadaran bahwa setiap pekerjaan kita untuk kebaikan merupakan pekerjaan yang diberikan. Dalam keyakinan iman kita, Allah-lah yang memberi kita pekerjaan”.
“Kedua, pekerjaan yang diberikan kepada kita mungkin sementara sifatnya. Tetapi sifatnya yang sementara ini tidak boleh mengurangi daya juang dan rasa tanggung jawab kita untuk menyelesaikannya. Ketiga, kerja sama dan terutama keterlibatan untuk sama-sama kerja mesti tampak dan menjadi cara dalam komunitas atau ada bersama kita,” imbuhnya.
Usai Rekoleksi, acara ditutup dengan sharing pengalaman yang berlangsung santai sambil menikmati suguhan kopi asli Manggarai menambah kehangatan persaudaraan diantara guru. Pada sesi ini para guru diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalaman mereka, membagi kisah yang meneguhkan satu sama lain dalam memperkuat semangat panggilan sebagai guru.