
GUNUNGSITOLI, L86News.com – Sekelompok masyarakat Kota Gunungsitoli yang mengatas namakan Forum Aliansi Rakyat Kepulauan Nias melakukan aksi unjukrasa di depan kantor Walikota Gunungsitoli, Jalan Pancasila, Desa Mudik, Kamis (4/9/2025).
Berdasar informasi yang berhasil di himpun, aksi unjuk rasa digelar terkait fasilitas mewah Walikota dan Wakil Walikota serta minimnya anggaran pembangunan infrastruktur di Kecamatan Alo’oa.
Selain itu, perencanaan pembangunan infrastruktur daerah dan pelayanan umum juga di nilai tidak tepat sasaran, termasuk kelangkaan gas tabung 3 Kg, hingga kenaikan harga kebutuhan bahan pokok seperti beras dan lainnya.
Dalam orasinya, pimpinan aksi unjukrasa Helpin Zebua meminta Pemerintah Kota Gunungsitoli dalam merencanakan pembangunan infrastruktur dan pelayanan umum di kecamatan bisa berlaku adil tanpa membeda-bedakan.
“Jangan kau jadikan Gunungsitoli Alo’oa anak tiri Walikota. Mengapa anggaran pembangunan Tahun 2025 di sana hanya sekitar Rp.500 juta. Gunungsitoli Alo’oa adalah kecamatan tertinggal dibandingkan lima kecamatan lainnya, pemerintah harus berlaku adil”, ucap Helpin.
Helpin juga menyinggung fasilitas mewah terkait anggaran rumah tangga seperti biaya makan minum, belanja tata rias, pengadaan pakaian dinas, serta harga sewa rumah dinas Walikota dan Wakil Walikota yang terbilang cukup fantastis.
“Supaya masyarakat tau, berdasarkan data diduga Walikota dan Wakil Walikota mendapat fasilitas mewah dengan nilai anggaran fantastis. Seperti biaya makan minum rumah tangga mencapai puluhan juta perbulan,”
“Biaya sewa rumah dinas ratusan juta pertahun, biaya pengadaan pakaian ratusan juta pertahun, dan biaya tata rias jutaan pertahun. Bukankah saat ini sedang gencar-gencarnya efesiensi anggaran. Kami mendesak penghapusan anggaran tersebut,” teriaknya.
Helpin menyebut Pemkot Gunungsitoli tidak jeli alias tidak matang merencanakan pembangunan daerah. Contoh, anggaran miliaran rupiah untuk pemeliharaan bangunan fisik serta instalasi Sistem Penyediaan Air Minum di Desa Lolomoyo yang diketahui belum diserah-terimakan kepada Pemerintah Kota Gunungsitoli.
“Menurut informasi, di Tahun 2025 tidak sedikit perencanaan pembangunan infrastruktur daerah yang di nilai tidak tepat sasaran sehingga memborosi anggaran,” jelasnya.
Helpin juga menyoroti kelangkaan dan kenaikan harga gas 3 Kg serta kebutuhan bahan pokok seperti beras ditengah-tengah masyarakat. Dia menilai, Pemkot Gunungsitoli tidak tegas dan loyo dalam melakukan pengawasan.
“Masyarakat menduga, kelangkaan dan kenaikan harga gas 3 Kg berhubungan erat dengan keberadaan dapur Makan Bergizi Gratis. Dimana senjak dapur itu beroperasi, gas 3 Kg di Kota Gunungsitoli jadi langka dan harganya tidak terkendali. Secara tidak langsung, kondisi ini menegaskan bahwa Pemerintah Kota Gunungsitoli tidak tegas”, kata Helpin.
Asisten ll Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemkot Gunungsitoli, Eko Ariyanto Zebua berupaya menyambut kedatangan pengunjuk rasa. Namun, massa menuntut bertemu langsung dengan Walikota Sowa’a Laoli.
“Pak Walikota sedang dinas luar. Saya diutus untuk mewakili beliau menyambut kedatangan bapak-ibu pengunjukrasa”, ucap Eko Ariyanto.
Penjelasan Eko Ariyanto itupun dibalas teriakan Helpin yang mendesak supaya Walikota Sowa’a Laoli turun langsung menemui massa.
“Jangan sembunyi Pak Walikota, kami masyarakat mu. Temui kami, apa yang kau takutkan. Tadi polisi bilang sedang rapat, kenapa sekarang di bilang dinas luar. Keluar pak Walikota,” kata Helpin sembari berjalan masuk ke dalam gedung.
Melihat hal tersebut, polisi yang berjaga mencoba menghalangi langkah Helpin termasuk massa yang ikut masuk ke dalam gedung. Aksi saling dorong antara polisi dan massa tidak terelakan hingga membuat situasi sempat memanas.
Beruntung Kabag Ops dan Kasat Binmas Polres Nias berhasil menenangkan massa dengan memberikan penjelasan bersifat persuasif. Massa pun akhirnya mengurung kan niatnya untuk masuk ke dalam gedung