LAMPUNG TIMUR, L86Nesw.com – Harga beras di wilayah Lampung Timur baru-baru ini mengalami kenaikan yang signifikan, yakni tembus 15 ribu per kilogram. Menurut beberapa pengusaha beras di Kecamatan Way Jepara, hal ini disebabkan oleh naiknya harga padi serta kesulitan dalam memperoleh pasokannya.
Seperti yang disampaikan oleh Marsidi, pemilik penggilingan padi di Desa Braja Asri, Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur, sudah tidak beroperasi sejak dua bulan terakhir karena kekurangan pasokan padi. Ia juga mencatat bahwa tidak ada panen besar yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir di Kabupaten Lampung Timur.
“Saya memperkirakan akan ada pasokan gabah sekitar akhir bulan Maret mendatang, sepertinya banyak petani di Lampung Timur yang akan panen. Saya sudah dua bulan tidak dapat menjual beras karena keterbatasan pasokan gabah,” kata Marsidi.
Siswanto, seorang pengusaha jasa giling gabah dari Desa Sumberejo, Kecamatan Way Jepara, juga mengalami situasi serupa. Dia mengungkapkan bahwa telah dua bulan ia tidak dapat melakukan aktivitas jual beli beras karena kelangkaan stok gabah.
“Tidak ada pasokan gabah, jadi tidak ada beras. Karena tidak ada panen yang terjadi. Membeli gabah dari daerah lain tidak memungkinkan karena harganya tidak sesuai, informasi harga gabah juga sulit didapat, harganya tembus 8 ribu per kilogram,” kata Siswanto.
Di sisi lain, Eko dari Desa Braja Indah, Kecamatan Braja Selebah, mengambil langkah berbeda di tengah kekurangan pasokan gabah di Lampung Timur. Dia terpaksa membeli gabah dari wilayah Palembang dan setelah diolah menjadi beras, beras tersebut dijual ke Bengkulu.
Menurutnya, dalam dua bulan terakhir, harga padi mencapai 8 ribu per kilogram, padahal biasanya hanya 5 ribu per kilogram. Untuk menghindari kerugian, Eko menaikkan harga beras dari 12 ribu per kilogram menjadi 15 ribu per kilogram.
“Harga beras yang kami jual mengikuti harga gabah. Jika harga padi naik, kami juga menaikkan harga beras. Dalam perhitungan kami, harga gabah naik menjadi 5 ribu per kilogram dan harga beras 12 ribu per kilogram. Hal ini mengantisipasi kondisi saat ini,” ujar Eko.
Seorang pedagang beras di pasar Way Jepara, Tina, menyatakan bahwa sejak harga beras mencapai 15 ribu per kilogram, terjadi penurunan konsumen hingga 30 persen. Dia juga khawatir jika tidak ada panen besar menjelang bulan Ramadan, harga beras akan mengalami kenaikan kembali.
“Kami khawatir, saat Ramadan nanti jika tidak ada panen, harga beras pasti akan naik lagi. Kenaikan harga beras disebabkan oleh kenaikan harga gabah dan kesulitan dalam mendapatkan pasokan gabah,” jelas Tina.
Meskipun banyak yang mengeluhkan tingginya harga beras, Arpian, seorang petani padi di Desa Braja Indah justru mengungkapkan jika ia masih memiliki stok padi hasil panen Oktober 2023.
“Untungnya, saya sengaja menyimpan gabah hasil panen empat bulan lalu untuk kebutuhan makan sehari-hari. Ini sebagai jaga-jaga jika terjadi situasi seperti sekarang,” ujar Arpian, saat sedang menggiling padinya di tempat jasa giling setempat.
Pewarta: Ibrahim Sofyan