JAKARTA, L86News.com – Empat orang petani berunjuk rasa di depan gedung DPR RI dan kantor Kementerian Pertanian (Kementan) di Jakarta, Jumat (19/8/2022). Mereka menolak sejumlah kebijakan pemerintah yang merugikan petani.
Para petani itu menamakan diri Forum Komunikasi Petani Jawa Timur, dan di pimpin Jumantoro, seorang petani asal Kabupaten Jember.
Ada empat tuntutan yang di sampaikan. Pertama, pencabutan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 10 Tahun 2022 yang mengurangi jumlah komoditas penerima pupuk bersubsidi dari 70 komoditas menjadi sembilan komoditas.
“Dampak Permentan sangat meresahkan petani. Kami melakukan aksi ini karena aksi kami di Jember tidak didengarkan pemerintah pusat,” kata Jumantoro.
Menurut Jumantoro, swasembada pangan pertanian harus diimbangi dengan ketersediaan pupuk bersubsidi yang mencukupi.
“Nonsense bicara ketahanan pangan saat sarana produksi dibatasi. Petani belum mampu menggunakan pupuk non subsidi karena harganya terlalu tinggi,” katanya.
Tuntutan kedua, menolak pencabutan pupuk bersubsidi ZA dan SP36 dan memohon pemerintah agar pupuk bersubsidi disediakan sesuai dengan kebutuhan nyata petani. Ketiga, mendesak adanya jaminan harga komoditas yang menguntungkan petani pada saat panen.
Keempat, petani menuntut Menteri Pertanian Syahril Yasin Limpo meminta maaf atas pernyataannya yang menyebut air dicampur terasi dan doa sebagai alternatif menghadapi krisis pupuk.
Jumantoro meminta presiden tidak menutup mata terhadap kondisi petani saat ini yang sedang tidak baik-baik saja.
“Kami berharap presiden tidak menutup mata untuk memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi petani, karena pangan bukan hanya padi, jagung, dan ketela pohon, tapi juga didukung komoditas lain,” ungkapnya.
“Kalau dibatasi sembilan komoditas, apalagi ada pencabutan subsidi ZA dan SP36, jangan harap kita bicara swasembada pangan,” sambungnya.
“Kalau kita bicara jujur, kita mengalami penurunan produksi. Kalau tidak percaya, turun saja ke petani. Kami berharap Pak Menteri Pertanian lebih peka terhadap kondisi di lapangan dan bukan asal bapak senang,” pungkas Jumantoro.
Reporter : wir/suf